Sabtu, 23 Maret 2019

JARAK DUNIA USAHA DAN TEKNOLOGI


Bisnis sejatinya adalah melayani kebutuhan manusia. Dan teknologi sejatinya adalah kesadaran untuk memudahkan kehidupan manusia.


Dahulu manusia melakukan surat menyurat dalam pola komunikasi berjarak. Hari ini kita memiliki teknologi surat elektronik bahkan telepon berbasis suara. Komunikasi real time bisa berlangsung. Inilah teknologi.

Agar teknologi ini bisa langgeng dan terus bisa hadir di market, maka pendekatan bisnis berlaku atasnya. Google menggratiskan email untuk menggaet user, dan kepadatan arus user diuangkan dalam bentuk layanan iklan dan berbagai gerak monetasi lainnya.




Sedikit contoh diatas adalah contoh bagaimana bisnis dan pendekatan teknologi tidak bisa dipisahkan.
Saya pernah berkesempatan berbagi di Puspitek. Awalnya Saya benar-benar tidak tahu tentang mengapa puspitek berlelah-lelah mengumpulkan UMKM.

Terpampang di spanduk besar, "Sosialisasi Irradiator Gamma". Awalnya Saya tidak faham-faham banget.

Alhamdulillah, Saya duduk di sesi awal dimana ketua BATAN sedang menjelaskan tentang penerapan irradiasi gamma terhadap proses pengawetan produk. Sebuah terapan teknologi nuklir pada produk pangan. InsyaAllah aman.

Hari ini kita tertantang untuk "mengawetkan" makanan dalam waktu yang cukup lama. Tantangan perdagangan ekspor impor larinya kesini : bagaimana makanan bisa bertahan sepanjang waktu ekspedisi.

Pendekatannya ternyata gak melulu kimiawi. Penggunaan pestisida, pengawet dan zat kimia lainnya sudah jelas berbahaya. Kali ini ada pendekatan yang lebih seru : diradiasi saja.... he he he....

Ternyata, makanan bisa diradiasi dalam kadar tertentu, dimana satuan grey yang diset tertentu dapat membunuh bakteri mikroba yang ada di makanan. Walaupun makanan sudah dipack vacuum dengan apik, proses iradiasi gamma tetap bisa dilakukan.

Produk cukup dijalankan ke sebuah area radiasi dalam waktu tertentu, setelah itu siap untuk dikirim dalam waktu tahan yang cukup lama.

Sebuah brand makanan yang biasanya cepat basi menuliskan dengan tegas : "tanpa bahan pengawet". Ternyata produk tersebut melakukan iradiasi gamma di fasilitas puspitek. Luar biasa. Pantas awet. Enak pula.

Banyaknya informasi atas teknologi nuklir membuat Saya meyakini bahwa pendekatan fisika pada makanan jauh lebih aman ketimbang kimia. Ini hanya tentang paradigma

Insight yang ingin Saya sampaikan sebenarnya bukan pada teknologi nuklirnya, tetapi pada hubungan teknologi dengan bisnis.


kerjacerdas.jpg


Banyak diantara sahabat UMKM yang memiliki hambatan ekspor karena ketahanan produk tidak sanggup menghadapi lamanya ekspedisi. Dengan teknologi pengawetan yang relatif aman ini, produk bisa bertahan dengan baik.

Per 1 meter kubik produk yang diradiasi, biayanya hanya puluhan ribu saja. Antar ke fasilitas iradiasi di Puspitek Tangerang, lalu lakukan radiasi, lalu bawa kembali barangnya. Proses bisa kurang dari 6 jam. Simple.

Fasilitas iradiasi ini hanya ada 2 di Indonesia, di Karawang dan di Tangerang. Lagi-lagi negeri ini punya hambatan dalam sosialisasi. Antara dunia usaha dan fasilitas yang pemerintah hadirkan, berjarak begitu saja.

Entitas pengusaha yang dekat dengan pemerintah nampaknya hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja. UMKM yang jumlahnya puluhan juta ini butuh rumah untuk membangun komunikasi.

UMKM butuh didekatkan dengan Teknologi.
UMKM butuh dekat dengan dukungan pemerintah.
UMKM harus bergerak bersama untuk kemajuan bisnisnya..
oleh : Rendy Saputra



usahaumkm.jpg



Pernah-kah anda berpikir mengenai work less earn more ? ( Bekerja lebih sedikit dan menghasilkan uang lebih banyak )

Bekerja keras dalam era sekarang sudah tidak cukup, yang di perlukan adalah belajar untuk bisa bekerja lebih cerdas, efektif, dan menghasilkan uang lebih banyak.

Jika anda seorang yang sudah memulai bisnis digital namun belum kunjung sukses, temukan jawabannya dengan cara => KLIK DISINI


www.akademibisnisdigital.com/#/starter/?ref=natabd9e&funnel=Starter1