Bisnis sejatinya adalah melayani kebutuhan manusia. Dan
teknologi sejatinya adalah kesadaran untuk memudahkan kehidupan manusia.
Dahulu manusia melakukan surat menyurat dalam pola
komunikasi berjarak. Hari ini kita memiliki teknologi surat elektronik bahkan
telepon berbasis suara. Komunikasi real time bisa berlangsung. Inilah
teknologi.
Agar teknologi ini bisa langgeng dan terus bisa hadir di
market, maka pendekatan bisnis berlaku atasnya. Google menggratiskan email
untuk menggaet user, dan kepadatan arus user diuangkan dalam bentuk layanan
iklan dan berbagai gerak monetasi lainnya.
Sedikit contoh diatas adalah contoh bagaimana bisnis dan
pendekatan teknologi tidak bisa dipisahkan.
Saya pernah berkesempatan berbagi di Puspitek. Awalnya Saya
benar-benar tidak tahu tentang mengapa puspitek berlelah-lelah mengumpulkan
UMKM.
Terpampang di spanduk besar, "Sosialisasi Irradiator Gamma".
Awalnya Saya tidak faham-faham banget.
Alhamdulillah, Saya duduk di sesi awal dimana ketua BATAN
sedang menjelaskan tentang penerapan irradiasi gamma terhadap proses pengawetan
produk. Sebuah terapan teknologi nuklir pada produk pangan. InsyaAllah aman.
Hari ini kita tertantang untuk "mengawetkan"
makanan dalam waktu yang cukup lama. Tantangan perdagangan ekspor impor larinya
kesini : bagaimana makanan bisa bertahan sepanjang waktu ekspedisi.
Pendekatannya ternyata gak melulu kimiawi. Penggunaan pestisida,
pengawet dan zat kimia lainnya sudah jelas berbahaya. Kali ini ada pendekatan
yang lebih seru : diradiasi saja.... he he he....
Ternyata, makanan bisa diradiasi dalam kadar tertentu,
dimana satuan grey yang diset tertentu dapat membunuh bakteri mikroba yang ada
di makanan. Walaupun makanan sudah dipack vacuum dengan apik, proses iradiasi
gamma tetap bisa dilakukan.
Produk cukup dijalankan ke sebuah area radiasi dalam waktu
tertentu, setelah itu siap untuk dikirim dalam waktu tahan yang cukup lama.
Sebuah brand makanan yang biasanya cepat basi menuliskan
dengan tegas : "tanpa bahan pengawet". Ternyata produk tersebut
melakukan iradiasi gamma di fasilitas puspitek. Luar biasa. Pantas awet. Enak
pula.
Banyaknya informasi atas teknologi nuklir membuat Saya
meyakini bahwa pendekatan fisika pada makanan jauh lebih aman ketimbang kimia.
Ini hanya tentang paradigma
Insight yang ingin Saya sampaikan sebenarnya bukan pada
teknologi nuklirnya, tetapi pada hubungan teknologi dengan bisnis.
Banyak diantara sahabat UMKM yang memiliki hambatan ekspor
karena ketahanan produk tidak sanggup menghadapi lamanya ekspedisi. Dengan
teknologi pengawetan yang relatif aman ini, produk bisa bertahan dengan baik.
Per 1 meter kubik produk yang diradiasi, biayanya hanya
puluhan ribu saja. Antar ke fasilitas iradiasi di Puspitek Tangerang, lalu
lakukan radiasi, lalu bawa kembali barangnya. Proses bisa kurang dari 6 jam.
Simple.
Fasilitas iradiasi ini hanya ada 2 di Indonesia, di Karawang
dan di Tangerang. Lagi-lagi negeri ini punya hambatan dalam sosialisasi. Antara
dunia usaha dan fasilitas yang pemerintah hadirkan, berjarak begitu saja.
Entitas pengusaha yang dekat dengan pemerintah nampaknya
hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja. UMKM yang jumlahnya puluhan
juta ini butuh rumah untuk membangun komunikasi.
UMKM butuh didekatkan dengan Teknologi.
UMKM butuh dekat dengan dukungan pemerintah.
UMKM harus bergerak bersama untuk kemajuan bisnisnya..
oleh : Rendy Saputra
Pernah-kah anda berpikir mengenai work less earn more ? (
Bekerja lebih sedikit dan menghasilkan uang lebih banyak )
Bekerja keras dalam era sekarang sudah tidak cukup, yang di
perlukan adalah belajar untuk bisa bekerja lebih cerdas, efektif, dan
menghasilkan uang lebih banyak.
Jika anda seorang yang sudah memulai bisnis digital namun
belum kunjung sukses, temukan jawabannya dengan cara => KLIK DISINI